BUDIDAYA SARANG BURUNG WALET
Malinau, INHUTANI II (20/11/2020) by Erico Febrian
Budidaya sarang burung walet menjadi salah satu yang dipilih untuk pengembangan usaha PT. Inhutani II karena prospeknya yang dinilai menjanjikan. Usaha budidaya burung walet di Kalimantan Utara khususnya di Malinau juga menjadi peluang usaha yang diminati masyarakat. Diantara kelebihan dan kemudahan usaha sarang burung walet adalah tidak memerlukan tempat yang luas, efisien tenaga kerja, harga sarang burung yang tinggi dan stabil, serta tidak terpengaruh musim dan cuaca.
Atas dasar instruksi Direksi PT Inhutani II untuk mencari peluang usaha, maka GM PT Inhutani II Kaltara & Kaltim (Bp. YP Kurniawan, S.Hut) berinisiatif membuat Rumah burung walet dengan memanfaatkan aset yang ada di sekitar Base Camp Tanjung Lapang - Malinau - Kalimantan Utara.
Bulan Agustus tahun 2018 menjadi awal mula usaha ini dilakukan oleh PT Inhutani II di Malinau - Kalimantan Utara. Rumah burung walet ini dibangun dengan memanfaatkan aset yang ada yaitu eks bangunan kantor bengkel yang direnovasi dengan luas bangunan 4,70 m × 11,70 m. Desain bangunan sarang burung walet ini terdiri dari 3 lantai ruang inap dan 1 rumah monyet ukuran 2,5 m × 3 m di lantai paling atas (sebagai pintu keluar masuk burung).
Usaha baru yang dikembangkan PT Inhutani II sudah mulai terlihat hasilnya, sampai saat ini sudah ada tiga kali percobaan panen yang dilakukan, namun sarang burung walet yang dihasilkan belum bisa dijual karena belum cukup untuk sekali penjualan. Sarang burung walet yang sudah dipanen sebanyak 3 kali diperkirakan beratnya masih 200 gram. Ada 3 jenis hasil panen yang menjadi kriteria dalam penjualan. Sarang burung terbaik yang dihasilkan berbentuk mangkok, lalu sudut, dan patahan merupakan hasil harga terendah. Informasi harga sarang burung saat ini, yaitu bentuk mangkok dihargai Rp. 14 jt/kg, bentuk sudut dengan harga Rp. 9 jt/kg, dan bentuk patahan dengan harga Rp. 6 jt/kg.
Kekurangan kelengkapan Rumah burung walet saat ini adalah perlu adanya sarnet sebagai pelindung rumah burung walet dari panas matahari (pengaturan suhu) dan perlu solar sel untuk mempertahankan rekaman suara burung ketika listrik padam.
Saran untuk kelanjutan bisnis ke depan adalah perlu penambahan bangunan untuk memperbesar potensi dari koloni yang sudah ada, agar produksi sarang burung menjadi lebih banyak sehingga pemanenan dan penjualan sarang burung dapat dilakukan setiap bulan. Menurut pendapat saya, budidaya sarang burung ini memiliki prospek yang cukup baik dan sangat menjajikan memperoleh pendapatan tambahan asalkan dikelola dengan manajemen dan persiapan yang baik. Saya berharap semoga usaha sarang burung walet ini dapat berhasil dengan baik, sehingga dapat menopang eksistensi PT Inhutani II ke depan. Amin (Editor, SGD)